Ini adalah salah satu cerita tentang ambisiud person yang sangat kecewa dengan sikapnya terhadap penilaian yang selama ini dia gunakan dalam menilai sesuatu.
Suatu ketika ada seorang anak berumur 14 tahun yang mengikuti kegiatan organisasi yang berada di sekolahnya. Anak ini sangat aktif. Tahu sendirikan beberapa orang ambisius tidak mau kalah dengan apapun yang dia lakukan. Entah itu pendapat, kinerja, ataupun dalam pertemanan. Serasa sikap ambisius ini sangat nyaman untuk dia lakukan.
Suatu acara yang merupakan acara workshop, anak ini dengan antusiasnya bertanya kepada si pembicara dengan berbagai macam uneknya. Namun oleh karena dia hanya merasa benar, pertanyaanya adalah pertanyaan yang sebenarnya bagus tetapi karena tidak melalui pemikiran yang lebih jadi kurang menarik dan biasa saja.
Berikutnya hal pemilihan teman kerja, dalam batinnya, dia ingin sekali bergabung dengan orang-orang yang pandai. Namun karena sikapnya yang tidak mau kalah, dia sengaja memilih teman yang penurut agar tidak mengganggu apapun yang disuarakannya. Dia sangat ego akan semua yang dia lakukan.
Sampai dalam suatu waktu teman barunya yang sangat baik memilihnya dalam teman kerja dia pun tidak ada pikiran untuk menulis nama teman baiknya itu dalam pemilihan teman kerja. Hal ini sungguh konyol dalam perasaanya.
Kemudian dalam hal-hal kecil dia sangat merasa kalau dia dipandang orang lain sangat keren, dan juga tidak memperhatikan lingkungan sekitar hanya memperhatikan apa yang akan di lakukan dalam jangka dekat saja, karena dia tdak mau kalah dengan orang lain. Segala sesuatu sangat kacau dibuatnya oleh karena sikap yang satu itu. Betapa kacau semua yang telah ia buat karena sikanya tersebut kepada orang lain.
Sampai suatu ketika dia menyadari bahwa, pendapatnya yang dia rasa sangat keren adalah pendapat yang sangat biasa, juga pemilihan teman kerja yang egois akan membuat kelompoknya menjadi kelompok yang tidak terpandang, ditambah dengan kebiasaanya yang tidak peduli akan lingkungan sekitar dan merasa sok keren menjadikan dia orang yang biasa-biasa saja oleh teman-temannya. Dia sangat kacau dengan kesadarannya akan semua yang telah terjadi.
Selang waktu sehari dia kemudian menyadari bahwa semua yang dia lakukan bukan berdasarkan ketulusan dan sikap yang ikhlas. Tanpa disadari kebiasaan Ambisiusnya menguasai dirinya hingga dalam segala aktivitas yang dia lakukan akan berdampak pada penilaian, diri, sikapnya dari orang lain maupun dirinya sendiri.
Mungkin pembaca juga memiliki pengalaman yang sama dengan anak ini, karena tanpa kita sadari ada sikap yang sangat menonjol dalam diri kita dan membuat kita dinilai begitu dengan orang lain. Selama sikap itu tidak membuat teman-teman berubah jadi buruk, perbaikilah sebelum semuanya itu terjadi.
Perhatikan lingkungan anda maka anda pun akan diperhatikan oleh mereka.
Hidup Mereka.
ihh, miminya curcol, ijin nyimak ahhh, hhe
BalasHapusvisit ITUPOKER.COM AGEN POKER ONLINE INDONESIA TERPERCAYA